Esensi Hari Anti Tembakau Se-Dunia agaknya
terkikis di Fakultas Kehutanan. Ingatkah kalau tanggal 31 Mei 2012 ini kita
memperingati hari tersebut? Mungkin ada sebagian yang ingat, tapi hanya
sebagian kecil saja. Maka, tulisan ini bertujuan untuk refleksi seberapa besar
perhatian kita tentang bahaya tembakau (dalam hal ini rokok) terhadap kesehatan,
terhadap orang lain, bahkan terhadap lingkungan. Sejak tahun 1987, WHO
mencanangkan Hari Anti Tembakau Se-Dunia dengan tujuan meningkatkan kesadaran
publik akan bahaya merokok dengan menantang para perokok untuk tidak mengisap
tembakau selama 24 jam. Tentu hal ini terasa sulit, apalagi bagi mereka yang
sudah kecanduan.
Bahaya merokok sudah jelas kita ketahui: dari
tulisan di bungkus rokok hingga berbagai aksi dan sosialisasi tentang bahaya
merokok. “Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi,
dan gangguan kehamilan dan janin” hanya sebatas slogan semata. Dengan dalih
alasan hak asasi manusia, perokok di Indonesia adalah orang yang merdeka yang
tidak bisa diganggu gugat. Dampak-dampak buruk rokok tak hanya terjadi pada
perokok aktif, melainkan juga perokok pasif.
Di Indonesia sendiri Menurut WHO sekitar 150
juta penduduknya adalah perokok dengan konsumsi rokok total hingga 220 miliar
batang per tahun. Tahun 2011 ini Indonesia menduduki peringkat ke-tiga konsumsi
rokok terbanyak di Asia, setelah Cina dan India. Sementara itu Komisi Nasional
Perlindungan Anak menyatakan jumlah perokok anak saat ini meningkat hingga 45
%. Sedangkan sebagian perokok pasif seperti 43 juta anak Indonesia saat ini
hidup serumah dengan perokok dan mengalami berbagai gangguan pernafasan seperti
bronchitis dan asma.
Mengetahui segala bahaya yang telah
ditimbulkan, yang mengherankan adalah bahwa pelaksanaan Hari Anti Tembakau Se-Dunia
ini ternyata tidak seperti yang diharapkan karena pada hari tersebut masih saja
orang-orang merokok dengan seenaknya. Di tempat umum, di Rumah Sakit, bahkan di
kampus sekalipun. Nah, bagaimana dengan Fakultas Kehutanan? Apakah kita yang
identik dengan para aktivis lingkungan masih tinggal diam dengan kondisi ini?
Bagaimana anda sebagai perokok aktif maupun pasif menyikapi hal ini?
*Dari berbagai sumber
(Arina Damayanti)
Kenapa cuma slogan doang ya? kenapa ga' sekalian gambar akibat merokoknya?
BalasHapus